Selasa, 11 September 2018

Ayo Dukung Gerakan Tagar #IndonesiaPositif





Tanpa kesadaran masyarakat untuk memberikan konten yang positif dan produktif, maka infrastruktur Teknologi informasi dan komunikasi yang dibangun justru akan banyak digunakan untuk penyebaran konten-konten negatif yang justru membahayakan bagi masyarakat, negara dan bangsa. Oleh karena itu sebagai bukti cinta negeri ini mari kita sebarkan semangat Indonesia Positif agar tercipta iklim positif di negeri ini.

Sabtu, 08 September 2018

Indonesia Is Gold

Tantangan Pemuda Indonesia



Bonus demografi akan jadi berkah bagi bangsa ini jika para pemuda mampu berperan sesuai kapasitasnya, dan mampu memanajemen diri para arus globalisasi dan era keterbukaan informasi. Selain itu pemuda juga harus terus mengasah kreasi dan inovasi untuk terus berprestasi.
Keterbukaan informasi saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi Indonesia, kemajuan teknologi digital masih banyak berimbas nnegatif bagi kehidupan, cara berfikir dan paradigma bagi sebagian generasi muda, banyak yang masih demam iklim perkembangan teknologi ketimbang mempersiapkan diri untuk survive pada era digital seperti sekarang ini.
Pemuda harus segera berbenah untuk memanfaatkan momentum bonus demografi ini, semakin berkuantitas harus diimbangi dengan kualitas, selain keteladanan para generasi tua untuk menjadi panutan positif bagi bangsa, juga harus digalakkan inisiasi untuk mengumpulkan pemuda pada muster point perubahan mindset untuk Indonesia gemilang. Dengan terus meningkatan kualitas dan prestasi sesuai kapasitas setiap masing-masing pemuda.
Berorganisasi positif dan berkarya dengan kreasi yang inovatif harus menjadi gaya hidup pemuda era milenial ini, jangan hanya ngeksis dan suka ngeong di medsos saja, dengan kalimat alay hingga sok intelektual berbasis google translate, tapi aktualisasikan diri dengan karya bukan hanya citra. Pemuda adalah harapan negeri ini.
Pemuda Membangun Negeri Indonesia Berdikari.

Jumat, 07 September 2018

Inspirasipedia: Inspirasi Pemuda Indonesia

“seribu orang tua hanya bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia.” - Soekarno

Di tangan kita, kaum muda, terpikul sebuah tugas sejarah yang besar: melanjutkan dan memujudkan cita-cita para pendiri bangsa kita, yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Karena itu, kita tidak boleh berpangku tangan.

Ada beberapa peran yang bisa kita mainkan.
Pertama, belajar segiat-giatnya dan mengabdikan pengetahuan kita kepada kepentingan umum/rakyat. Ingat, pengetahuan yang kita dapat di bangku kuliah bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk kepentingan bangsa dan negara. Kaum muda adalah investment of human skill untuk pembangunan dan kemajuan Indonesia di masa mendatang.

Kaum muda bisa menyumbang gagasan untuk kemajuan bangsa. Disamping itu, melalui riset atau penelitan, kaum muda bisa menyumbang pengetahuan yang memperkaya pengetahuan para pengambil kebijakan dan rakyat banyak. Kaum muda juga bisa mendorong inovasi dan penemuan teknologi baru untuk kepentingan rakyat banyak.
Kaum muda harus di garda depan melawan korupsi. Kaum muda juga harus di garda depan melawan berbagai kebijakan politik yang merugikan rakyat banyak. Dan yang terpenting, kaum muda harus membela negeri ini dari proyek neo-kolonialisme.
Kedua, menjadi kekuatan kritis, yang mengawal jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Bilamana penyelenggaraan negara menyimpang dari dua itu, maka tugas pemuda untuk mengoreksinya.
Ketiga, membela kepentingan umum/rakyat banyak. Ini bagian dari pengabdian masyarakat.
Keempat, membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini, kaum muda bisa ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk memajukan pendidikan rakyat, seperti memberikan pengajaran gratis kepada masyarakat miskin, mendirikan perpustakaan gratis, menyelenggarakan kursus pemberantasan buta-huruf (Ingat, di Indonesia masih ada sekitar 6 juta orang yang buta-huruf), dan lain sebagainya.

Kaum muda, harus tampil membela kepentingan rakyat banyak yang tertindas. Ini bisa dilakukan dalam bentuk advokasi terhadap persoalan-persoalan rakyat.
" Ada pada tangan dan pundak pemuda Nasib, hidup dan matinya suatu Bangsa "#IndonesiaPositif

Senin, 03 September 2018

Kamu penyebar Hoax ? jika iya, kamu adalah teroris sebenarnya !

Masih tingginya angka buta aksara di Indonesia yang berada di kisaran 3,56 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia, menyebabkan pemerintah harus bekerja lebih keras untuk mengatasinya. Angka 3,56 persen untuk Negara Indonesia yang berpenduduk 255.461.700 (tahun 2015) ini sangat besar. DIbandingkan angka 3,56 persen kalau ini terjadi di Singapura misalnya.

Hal ini juga menjadi keprihatinan nasional, masih banyak orang yang berada di sekitar kita ternyata mereka adalah buta aksara, karena hampir 4 dari 100 orang Indonesia adalah mereka yang tidak benar-benar mengenal aksara.
Ingat, bisa berbicara tidak berarti benar-benar bisa membaca, atau bahkan tidak bisa menulis.
Angka diatas adalah statistik real mengenai mereka yang benar-benar buta aksara. Permasalahan buta aksara bisa segera kita selesaikan dengan mengkampayekan belajar berbasis masyarakat, banyak upaya telah di gulirkan pemerintah. Tapi yang lebih mengkhawatirkan saat ini kita sedang menghadapi mereka yang melek aksara tapi malas membaca dan kecenderungan untuk membaca kebenaran berkurang.
Menelan mentah-mentah setiap berita baik tulisan maupun lisan menjadi suatu hal biasa. Hal biasa yang terus menerus dilakukan inilah yang menjadikan minat untuk menelusuri kebenarannya berkurang, cenderung malas. Tak cuma secara online, berita bohong atau hoax kini dinilai dapat disebarluaskan secara offline melalui aktivitas keagamaan, seperti mimbar khotbah keagamaan dan pengajian.
Saat ini berita hoax sudah dibuat sedemikian rupa menyerupai berita asli, dilengkapi dengan data-data yang seolah-olah itu adalah fakta. Kemunculan berita hoax ini disebabkan ada pihak-pihak ingin membuat situasi menjadi kacau dan mengambil keuntungan dari sana.
Tentu saja masih ingat dan sadar kita banyak menelan berita hoax semenjak dimulainya pergelaran Pilpres tahun 2014, tahun itu adalah tahun dimana banyak sekali berita bohong dan berita yang beredar dimasyarakat yang sangat menyedihkan dan berimplikasi pada kerukunan lapiran akar rumput, keresahan, saling hujat sering kita rasakan. Dihitung dari banyaknya hoax yang tersebar inilah yang menyebabkan perpecahan di akar rumput warga Indonesia. Bagaimana tidak, rakyat Indonesia terbagi menjadi dua kubu berseberangan, tidak ada kecap nomor dua menjadi jargon utama untuk saling menyerang antara dua kubu ini.
Dan inilah yang menyebabkan Persatuan Indonesia sebagaimana tersebut dalam Sila ketiga Pancasila seakan diindahkan, tidak memperdulikan bagaimana kerukunan yang sudah terjalin begitu lama menjadi suatu bibit perpecahan diantara kita semua.
Nah inilah yang menjadikan bibit perpecahan ini akan tumbuh subur apabila masih terpelihara dengan baik, dipupuk sana-sini, disiram dengan begitu derasnya, bahkan dikloning atau ditumbuhkan anak pohonnya hingga terus dan terus menjadi suatu kumpulan yang begitu banyak.
Ini juga yang mendorong Fanatisme Sempit begitu sangat-sangat terpelihara juga, bagaimana tidak? Seseorang yang membaca berita hoax dan membenarkannya dapat terjangkiti virus satu ini dan akan terus terpatri dalam pikirannya. Sebagaimana arti dari fanatisme sempit itu sendiri adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau kelompok yang menganut sebuah paham, baik politik, agama, kebudayaan atau apapun saja dengan secara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan perseteruan dan konflik serius.
Kita benar-benar terjebak di dalamnya, boleh mengagung-agungkan tapi mohon jangan berlebihan. Yang baik boleh tapi yang jelek jangan, mengapa demikian? Penyebaran berita positif akan menimbulkan dampak yang positif tentunya, begitu juga dengan penyebaran berita negatif atau hoax, ya pasti menimbulkan suatu yang sangat-sangat dan harus kita hindari, bibit kebencian.
Mengapa bibit kebencian? Karena ini sama saja dengan menanam pohon perpecahan. Kita ambil contoh kasus Ahok sebagai terduga penista agama, kasus ini sangat rawan untuk dibicarakan sekali lagi, apalagi antar teman misalnya (ini contoh nyata yang penulis alami sendiri), saya membahas dengan teman yang ternyata memiliki pandangan berbeda, bagaimana hasilnya? Dia akan mempertahankan bahwa Ahok itu bersalah karena dia sangat menghargai pendapat salah satu Habib, baru kemudian berbicara agamanya. Dia sangat getol mempertahankan argumennya, bahkan ada beberapa situs yang notabene situs hoax dia ajukan dalam argumennya.
Satu hal lagi, Pemerintahan saat ini tumbuh dengan terpaan angin kebencian, perpecahan, hoax dan lain sebagainya. Bahkan pemerintahan saat ini dituduh beberapa atau segelintir orang sebagai biang kebencian, perpecahan dan juga penyebar hoax atau berita bohong ini. Tuduhan seperti ini dialamatkan karena pemerintah benar memiliki resource, memiliki peralatan atau sumber daya untuk menyebar hoax yang berujung perpecahan dan kebencian. 
Sebagian rakyat indonesia masih belum bisa move on dari perhelatan Pilpres 2014 lalu, dan saya kira ini akan terus berlanjut hingga pilpres mendatang, semua masih mempertahankan eksistensi kebenaran di dalam kepala mereka sendiri tanpa menakar nalar yang benar akan suatu kesalahan atau kebenaran.
Angka statistik yang saya jabarkan diatas di awal paragraf tentu saja masih mentah, masih bisa berkembang antara berkurang atau bertambah, itu adalah gambaran riil akan bangsa ini masih belum terentas semua tuna aksara di Indonesia.
Tetapi dalam opini ini bukan menyalahkan semua tuna aksara sebagai biang perpecahan dan kebencian serta penyebar hoax atau berita bohong ini. Justru mereka-mereka yang berdiri dibalik semua ini adalah kaum berpendidikan, bahkan berpendidikan tinggi yang notabene terbebas dari tuna aksara ini. Yang serta merta menginginkan Indonesia terpecah belah kembali. Atau sama saja dengan kita kembali ke jaman kolonial Belanda dengan Devide et Impera-nya.
Menginginkan Indonesia terpecah dan tujuan serta keinginannya tercapai dengan sempurna yang diinginkan segelintir elite politik inilah yang menyebabkan tumbuh suburnya bibit perpecahan antar rakyat Indonesia.
Bagaimana cara terbaik untuk mengatasi hal-hal seperti ini? jawabannya adalah Pertama, dengan cara menumbuh kembangkan serta meningkatkan minat baca anak-anak Indonesia sedari dini dan dari diri sendiri.
lantas bagaimana dengan “minat baca rendah” para penyebar hoax ini? Jangan sungkan-sungkan untuk selalu mengingatkan dengan data-data yang sahih, data-data yang benar meskipun di kemudian hari mereka ini menolaknya, biarkan saja toh nantinya dia akan sadar sendiri dengan apa yang sudah dilakukannya.
Kedua, dengan terus mensosialisakan Peraturan Perundangan di Indonesia mengenai penyebaran kabar bohong:
Undang-undang yang membahas tentang Hoax atau kabar bohong
UU ITE 

Pasal 28
(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Pasal 14
(1) Barangsiapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun.
(2) Barangsiapa menyiarkan suatu berita atau mengeluarkan pemberitahuan yang dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, sedangkan la patut dapat menyangka bahwa berita atau pemberitahuan itu adalah bohong, dihukum dengan penjara setinggi-tingginya tiga tahun.
Pasal 15
Barangsiapa menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berkelebihan atau yang tidak lengkap, sedangkan ia mengerti setidak-tidaknya patut dapat menduga bahwa kabar demikian akan atau sudah dapat menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi, tingginya dua tahun.

Ketiga, selalu melakukan ricek dan kroscek terhadap segala berita yang beredar di media sosial, seperti program yang digagas oleh pemerintah lewat kementerian komunikasi dan informatika dengan Program Internet Sehat dan Aman (INSAN) milik Kemkominfo ini dibuat dengan tujuan menuntun penggunaan internet sehat sejak dini melalui pembelajaran etika berinternet. Program ini diselenggarakan dalam berbagai bentuk, seperti roadshow, sosialisai, atau forum diskusi. Harapannya agar masyarakat terhindar dari berbagai konten negatif yang bisa merusak masa depan bangsa.

Berikut tips-nya sebagaimana disampaikan langsung dari Praktisi Anti Hoax dan Alumnus TI ITB Dimaz Fathroen.

Elemen Berita Hoax

Pastikan berita yang kamu baca tidak memiliki kalimat-kalimat yang janggal, seolah persuasif dan memaksa seperti: "Sebarkanlah!", "Viralkanlah!", dan sejenisnya. Artikel penuh huruf besar dan tanda seru pun disinyalir mengandung informasi hoax.
Tak cuma itu, artikel berita hoax biasanya juga merujuk pada kejadian dengan istilah seperti kemarin, dua hari yang lalu, seminggu yang lalu. Tak ada tanggal dan hari yang jelas.
Artikel bahkan tak jarang mengklaim sumbernya berasal dari sumber yang tidak terpercaya. Seringkali juga, artikel hoax biasanya lebih merupakan opini dari seseorang, bukan fakta.

Verifikasi Sumber

Pastikan kamu verifikasi sumber dan konten berita dengan mencarinya di Google. Cari tema berita secara spesifik dengan kata hoax di belakangnya.
Biasanya, kalau memang benar itu hoax, akan muncul artikel pembahasan terkait.

Cek Gambar dan Cek dengan Aplikasi

Kamu dapat memastikan sumber dari foto yang diunggah di artikel berita terkait. Jadi, kamu bisa mengecek kembali apakah foto tersebut asli atau tidak.


Keempat, dengan membuat gerakan dan mempopulerkannya, yaitu sebuah gerakan yang didesain untuk menyadarkan masyarakat dari hoax, dan berusaha menangkal hoax dengan isu-isu yang positif dan dapat dipercaya.

Berita hoax biasanya hadir karena kebencian seseorang atau suatu pihak kepada suatu hal. Karena enggak suka, disebar aja berita hoax tentang hal yang dia benci itu dengan tujuan mendulang dukungan alias cari temen. Padahal enggak ada kebaikan yang bisa didapatkan dari kebohongan, apalagi menjurus ke fitnah, Kalau kamu ikutan nyebar berita hoax itu, khususnya yang bernada negatif penuh kebencian, dengan kata lain kamu juga udah ikut menebar kebohongan; ikutan bohong juga. Jadilah pembaca yang cerdas yang selalu mengecek berita yang kamu terima. Jika kamu masih menyebar hoax maka kamu tak ubahnya seorang teroris yang meresahkan, apalagi jika kamu pembuat hoax. 


Sabtu, 01 September 2018

Demokrasi Indonesia Berpesta

Telah tiba saatnya
Banyak orang menanti, kita juga
Indonesia kan berpesta
Sebuah pesta memilih pemimpin bangsa

Para putra terbaik bangsa akan berlaga
Dengan satu tujuan luhur
Membawa arah haluan negara
Lebih baik dan membuat harum di mata dunia

Kita harus yakin bahwa kita semua mampu
membawa perubahan lebih baik untuk bangsa
Menuju tatanan bangsa masyarakat yang adil
Dengan muara kesejahteraan masyarakat

Ayo teruslah bersatu padu
Menyambut hari harapan, untuk sebuah kegemilangan perdapan
Indahkan nama Indonesia
Sejahterakan para masyarakatnya
*****
Kita sadar ini pesta demokrasi, untuk perbaikan masa depan bangsa
Bukan hura-hura umbar janji tak tertepati
Apalagi huru hara menghamburkan uang Negara
Demi perut sendiri dan golongan



Kita harus bertekad dalam satu niat dan semangat
Jadi pengelola bangsa yang bermartabat
Kita harus yakin kita mampu membawa peradaban bangsa
Ke tempat yang lebih adil dan makmur dengan rakyat yang sejahtera



Indonesia akan berpesta
Mengantarkan putra-putri terbaik bangsa memimpin negeri ini
Untuk membuat pertiwi semakin berarti
Mensejahterakan rakyatnya dan Berjaya dimata dunia
Pembuktian Syukur dan iman kepada Tuhan dan keyakinan.

Lembeh, 29 Agustus 2018
Awi M Noer

SELAMAT! You’re the “chosen one”.

Kamu rajin baca buku? Buku disini buku yang sebenar-benarnya buku, ya. Bukan majalah, komik, apalagi timeline mantan. Kalau jawabannya iya, SELAMAT! You’re the “chosen one”. Satu yang terpilih.
Kok bisa?
Hasil survei UNESCO, indeks minat baca masyarakat Indonesia 0,01% atau 1 per 1000. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, hanya ada 1 orang yang berminat baca buku. Ditambah lagi, menurut Perpusnas (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) orang Amerika rata-rata membaca 20 buku per tahun dan orang Jepang 10 buku per tahun, maka rata-rata orang Indonesia membaca 0-1 buku per tahun.
Yang terbaru, berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University tahun 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca. Negara kita tercinta ini peringkatnya persis di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61).
Miris kan, Sob? Pantas saja belakangan ini ada istilah “sumbu pendek” yang bertebaran di internet. Atau ada lagi hoax yang sebenarnya sudah ada dari tahun 2012 yang saat ini masih berkeliaran di linimasa.
“Jadi kita harus bagaimana?”
Mungkin pertanyaan itulah yang pertama kali muncul di benak kamu setelah mengetahui fakta-fakta di atas. Tenang, Sob. Indonesia Positif menawarkan sebuah solusi.
Mulanya, pilih bacaan yang kamu suka seperti novel, cerpen, puisi atau bahkan karya ilmiah! Penulis di Indonesia memiliki karya-karya yang keren bahkan sudah sampai tingkat internasional. Sayang sekali jika kamu nggak pernah baca karya mereka. Tahap selanjutnya kamu bisa ubah tempat nongkrong yang dulunya sering ke mall atau cafe harus lebih sering ke toko buku. Zaman sekarang lagi hits dengan e-book, dengan bermodalkan smartphone kamu sudah bisa punya buku di handphone kamu, Sob. Dan waktu luang kamu jangan hanya dihabiskan dengan membuka instagram atau stalking hal yang nggak berfaedah. Habiskan waktu luang kamu dengan membaca buku!
Kalau tadi kamu bilang kamu suka baca buku, artinya kamu adalah orang terpilih. Satu di antara seribu manusia di bumi Indonesia yang melek literasi. Tapi kamu sadar tidak sih, karena hal tersebut, kita jadi punya tanggung jawab untuk mengajak 999 orang lainnya buat suka, berminat, dan rajin baca buku juga? Iya, kan?
Buat kamu yang termasuk ke 999 orang itu, ayo keluarlah dari zona nyaman nan berbahaya itu, Sob. Baca buku itu bukan cuma tugasnya para ilmuwan, tapi juga tugas kita seluruh anak bangsa Indonesia.
Apa hebatnya jika lagumu dimainkan untuk dirimu sendiri? Apa hebatnya jika kamu asyik menjelajahi dunia sendiri? Apa hebatnya jika kamu menjadi baik sendiri? Sedangkan di luar dirimu, ada orang-orang yang kamu bisa ajak menikmati hal yang sama.
Sobat, tak ada guna kita mencaci maki negeri ini dengan segala carut-marutnya. Tak ada guna juga kita pusing memikirkan masalah negeri ini, namun tidak memberikan sedikitpun aksi nyata untuk menyelesaikannya. Salah satu cara untuk meringankan beban dari problematika minat baca di negeri ini adalah dengan mulai menjadi pembaca buku yang aktif dan mengajak orang lain untuk turut rajin membaca.
Jadi, siapkah kamu mengajak 999 orang mulai hari ini? Siapkah kamu keluar dari zona nyaman dan menjadi the chosen one selanjutnya?